Untukmu Badminton Indonesia, Ayooo Banguuun!!!!
Sebelumnya perkenalkan saya hanya
seorang BL (Badminton Lovers) biasa dan masih balita (bawah lima tahun jadi BL
nya).
Terimakasih para arjuna dan srikandi
tepok bulu Indonesia telah berjuang secara maksimal digelaran Thomas dan Uber
Cup tahun 2018 di Bangkok, Thailand.
Ya, ajang tersebut baru saja
selesai, Indonesia baik tim Thomas maupun tim Uber masih belum beruntung mengangkat
teropi kembali. Jika kita mencari siapa yang salah dan harus bertanggungjawab
tak akan ada habisnya. Butuh satu generasi untuk merusak prestasi, tetapi butuh
semua generassi untuk mengaumkan kembali dunia bulutangkis Indonesia di mata
Dunia.
Sebenarnya Indonesia tidak gagal
gagal amat di ajang kali ini jika kita dibandingkan dengan negara lain semisal
negara di benua Afrika dan Amerika bahkan Eropa, jika dibandingkan dengan
negara tetangga pun kita boleh cukup berbangga. Tapi perlu ingat Indonesia
mempunyai sejarah yang panjang dan sangat digdaya dalam dunia perbulutangkisan
di era terdahulu. Wajar kita merasa gagal, sudah lama sekali kedua piala yang
sangat prestisius tersebut tidak bersemayam di Indonesia.
PP PBSI
Kabid binpres akan langsung
melakukan evaluasi untuk kedepan. Target selanjutnya yaitu Kejuaraan dunia dan
Asian Games. Jebloknya prestasi bulutangkis Indonesia juga terjadi karena para
pengurus cabang hanya tumpang nama dan gaya-gayaan, tidak mengirimkan atlet
terbaiknya ke pelatnas. Pengcab dengan pelatdanya tidak pernah berkontribusi
dengan memasok atletnya ke pelatnas, pelatnas diisi oleh atlet dari klub. Hello
PBSI daerah apa tugasnya???? Untuk PON pun pengcab provinsi mengirimkan penghuni
pelatnas mewakili provinsinya, Pengcab tugasnya apa? Sekali lagi saya tanya.
Pelatih Pelatnas
Beberapa waktu yang lalu ada
pelatih pelatnas yang responsif terhadap cuitan para BL. Memang mereka juga
manusia biasa yang apabila cuitan BL dirasa sudah tidak pantas mereka terusik. Tapi
bukan itu yang BL harapkan, BL mengharapkan para pelatih pelatnas mencetak
juara disetiap turnamen dan yang naik podium bukan segelintir atlet melainkan
gantian. Saya yakin akan pepatah “hasil produksi dipengaruhi bahan baku dan
mesin produksi.”
Hasil produksi itu prestasi
atlet, bahan baku itu atlet sendiri dan mesin produksi yaitu pelatih. Saya rasa
bahan baku berupa atlet yang berasal dari klub bukan pelatda banyak yang
mumpuni, tapi mesin produksinya gimana? Apakah sudah diisi dengan pelatih
terbaik diseantero nusantara? Saya rasa belum. Entah bagaimana proses rekrutmen
pelatih pelatnas, apakah faktor kedekatan atau faktor prestasi???
Padatnya pelatnas
Menurut saya jumlah atlet di
pelatnas sangat terlalu banyak, sehingga rentang kendali oleh pelatih dan kabid
binpres sangat terbatas. Kalau saya boleh menyarankan cukup lima atau enam
nomor saja per sektor sudah cukup untuk pelatnas senior (utama) dan untuk
pelatnas junior (pratama) tiga nomor tiap sektor. Yang ada sekarang adalah
saking banyaknya atlet sehingga salah atau bahkan tidak terurus. Lebih baik
sedikit tapi terurus dan berkualitas serta gantian naik podium dan menyerahkan
juara bagi Negara.
Legenda Badminton Indonesia
Banyak sekali barisan legenda
badminton Indonesia yang memilih menetap dan melatih negara lain. Entah itu
profesional ataupun tidak nasionalis. Tapi kalau saya boleh berprasangka buruk,
mereka butuh finansial dan apresiasi. Saya kira alasan yang sering
digembar-gemborkan seperti ingin menduniakan badminton hanyalah klise semata. Kalau
barisan para mantan ingin menduniakan badminton mengapa kalian tidak pergi melatih ke Afrika maupun ke Amerika yang
badmintonnya masih sangat terbelakang bukan ke negara Asia yang sudah maju??? Okay
mungkin negara yang barisan para mantan latih dulunya belum berkembang tapi
sekarang sudah lebih mau ketimbang Indonesia yang notabene merupakan negara
kalian para mantan. Tidak terenyuh kah melihat prestassi Indonesia saat ini? Tapi
saya yakin didalam lubuk hati yang paling dalam kalian ingin kembali ke
Indonesia dan merajut kembali perbulutangkisan Indonesia, tapi segelintir orang
PP PBSI kurang menginginkan kalian untuk kembali. Tapi bukankah ada cara lain,
seperti mendirikan klub atau melatih di klub atau pelatda untuk menyokong
persediaan bahan baku yang berkualitas untuk istana Cipayung???
Terakhir, mungkin sebagian orang
ada yang berpendapat, kamu bisa apa?? Mereka udah ngasih prestasi yang banyak
untuk negara, kamu apa? Okay saya memang belum bisa memberikan apa-apa, tapi
saya harap kalian yang lebih baik daripada saya, diberikan kesempatan oleh
tuhan, saya harap kalian tidak menyia-nyiakan kesempatan.
BL hanya bisa bangga dan ikut
senang jika atlet naik di podium juara, BL ikut senang ketika para juara dan
para pelatih diguyur dengan bonus, tapi apakah BL pernah minta sedikit dari
bonus tersebut?? Tidak. BL hanya menginginkan Atlet bergantian naik podium dan
dunia badminton Indonesia bergaung kembali dimata Dunia. BL hanya bisa berdoa
disetiap kalian bertanding.
Mohon maaf apabila ocehan saya
kurang berkenan di banyak pihak.
Akhir kata, saya hanya berdoa Semoga
prestasi-prestasi secepat mungkin kita raih.
Ayooo bangun Badminton Indonesia
Komentar
Posting Komentar